Jumat, 24 September 2010

A.PENGERTIAN
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.

Aturan- aturan itu antara lain :
1

. Jumlah kata dalam 1 baris
2. Jumlah baris dalam 1 bait
3. Persajakan (rima)
4. Banyak suku kata tiap baris
5. Irama

B. MACAM-MACAM PUISI LAMA

1. MANTRA
Mantra adalah merupakan puisi tua, keberadaannya dalam masyarakat Melayu pada mulanya bukan sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak berkaitan dengan adat dan kepercayaan.

Contoh:

Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu

2.GURINDAM
Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari Tamil (India)

CIRI-CIRI GURINDAM:

a. Sajak akhir berirama a – a ; b – b; c – c dst.
b. Berasal dari Tamil (India)
c. Isinya merupakan nasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan suatui sebab akibat.

Contoh :
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)

Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )

Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )

3. SYAIR
Syair adalah puisi lama yang berasal dari Arab.

CIRI - CIRI SYAIR :

a. Setiap bait terdiri dari 4 baris
b. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
c. Bersajak a – a – a – a
d. Isi semua tidak ada sampiran
e. Berasal dari Arab

Contoh :

Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)

Negeri bernama Pasir Luhur (a)
Tanahnya luas lagi subur (a)
Rakyat teratur hidupnya makmur (a)
Rukun raharja tiada terukur (a)

Raja bernama Darmalaksana (a)
Tampan rupawan elok parasnya (a)
Adil dan jujur penuh wibawa (a)
Gagah perkasa tiada tandingnya (a)

4.PANTUN
Pantun adalah puisi Melayu asli yang cukup mengakar dan membudaya dalam masyarakat.

CIRI – CIRI PANTUN :

1. Setiap bait terdiri 4 baris
2. Baris 1 dan 2 sebagai sampiran
3. Baris 3 dan 4 merupakan isi
4. Bersajak a – b – a – b
5. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
6. Berasal dari Melayu (Indonesia)

Contoh :

Ada pepaya ada mentimun (a)
Ada mangga ada salak (b)
Daripada duduk melamun (a)
Mari kita membaca sajak (b)



diSUSUN:FIKRI ASYRAFI

Jumat, 27 Agustus 2010

Antara Karakter dan Pancasila

*) Penulis Hasna Shabrinissa siswa SMPN 5 Yogyakarta.
Coba becermin pada diri kita sendiri, coba dalami diri kita. Rasakan, lihat dan cermati, bagaimana karakter diri kita sesungguhnya?

Ya, karakter diri kita berbentuk sejak kecil. Lingkungan keluarga dan masyarakat sangat memengaruhi terbentuknya suatu karakter seseirang.

Begitu pula dengan Pancasila. Apa hubungannya Pancasila dengan pembentukan karakter seseorang? Cermati kembali sila-silanya, lalu amalkan. Kita lihat bagaimana pengaruhnya.

Sila pertama. Ketuhanan Yang Mahaesa. Setiap manusia, pasti memiliki keyakinan sendiri pada agamanya. Tetapi kita satu, kita juga amalkan dengan satu cara yang sama. Beribadah, tentu saja sesuai agama masing-masing. Dari sila pertama, kita bisa ambil fungsinya dalam pembentukan karakter seseorang. Tentu saja untuk membentuk suatu karakter yang sempurna imannya.

Selain itu, sila pertama mengajarkan pada kita untuk percaya adanya Tuhan Yang Mahaesa dan sesungguhnya kita hanyalah seorang hamba yang tidak memiliki kekuasaan terhadap suatu apapun. Sehingga ini mencegah kita bertindak dan memiliki karakter sewenang-wenang.

Sila kedua. Peri kemanusiaan yang adil dan beradab. Adil, apakah kita sudah mengamalkannya? Mungkin sudah. Tapi, belum sempurna. Bersikaplah adil pada siapa pun, kapan pun dan di manapun. Jangan membela seseorang karena dia adalah teman, jangan menghakimi seseorang karena dia musuh. Kalau memang benar, mari kita bela. Kalau salah,, ayo kita selesaikan baik-baik. Beradab, setiap manusia harus punya adab. Kalau tidak ada adab di negeri ini, entah kekacauan seperti apa yang akan terjadi.

Sebelumnya, sebenarnya apa pengertian adab itu sebenarnya Adab sama halnya dengan tatakrama atau sopan santun. Adab juga bertujuan menjaga kehormatan dan martabat diri sendiri. Jika kita berbuat tidak sopan, siapa juga yang malu? Sudah terbayang bukan dampaknya bila manusia tidak memiliki adab?

Lalu, bagaimana bila kita mengamalkannya? Sangaaaat mudah. Bisa kita mulai dari lingkungan keluarga dahulu. Menghormati orang yang lebih tua misalnya. Ayah, ibu, kakak, kakek, nenek dan lain sebagainya. Jaga sikap kita, berbuatlah semestinya.

Dari lingkungan sekolah misalnya, para guru, sesama teman, bersikaplah dengan sopan. Kalau remaja sekarang, yang sangat tidak beradab adalah perbuatan bicara kotor sembarangan. Tidak kenal waktu, tempat dan pada siapa dia bicara. Kesimpulannya terlihat bukan, sila kedua bertujuan untuk membentuk suatu individu yangn berakhlak baik, sopan dan berbudi pekerti. Dan dengan kita menyadari adanya orang lain selain diri kita, kita akan belajar untuk menghormati dan menghargai orang lain.

Sila ketiga, Persatuan Indonesia. Kita semua pasti berbeda. Beda warna kulit, beda jenis rambut, beda agama, beda suku dan sebagainya. Tapi, pada dasarnya kita adalah sama, kita satu, kita adalah manusia yang pastinya tidak ada yang sempurna. Dalam lingkungan sehari-hari, yang paling dekat dengan kita adalah berteman. Amalkanlah, bertemanlah tanpa membedakan, bersatulah. Dari sinilah, dari hal kecil inilah Indonesia dapat bersatu, kita semua dapat bersatu.

Dari mengamalkan sila ketiga ini karakter yang akan terbentuk adalah karakter yang memiliki sebuah rasa persatuan yang kuat, karakter yang tidak berjiwa egois, melainkan berjiwa sosial. Sungguh sangat bagus jika kita memiliki karakter tersebut. Selain itu, sila ketiga mengajarkan kita untuk tidak membedakan golongan. Jika pengamalan sila ketiga ini dilakukan dengan baik, akan mencegah terjadinya tawuran, baik tawuran antar pelajar, maupun tawuran antar kelompok.

Sila keempat adalah Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan. Artinya dari sila ini sendiri adalah, masalah yang hadir dalam kehidupan sehari-hari kita, sungguh lebih baik jika diselesaikan dengan musyawarah. Namun, apabila dari musyawarah itu sendiri tidak ditemukan titik terang, kebijaksanaan diri kita sangat diperlukan. Kita ambil sebuah keputusan yang paling bijaksana, yangn menguntungkan semua pihak. Manfaat sila ini sendiri bagi pembentukan karakter adalah membangun sebuah karakter yang bijaksana Kita belajar untuk mengambil sebuah keputusan yang baik, sebuah keputusan yang tidak akan merugikan semua orang. Dalam hidup kita pasti harus memilih. Dari semua pilihan, pasti ada satu yang terbaik, dan pengamalan sila keempat ini akan sangat berguna untuk perjalanan hidup kita.

Sila kelima. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Setiap warga Negara berhak dan harus mendapat keadilan, baik dari warga Negara maupun dari aparat negara. Hak-hak kita pun harus dipenuhi, namun tentu saja setelah kita menjalankan kewajiban kita. Sebagai pelajar kita berhak mendapat pendidikan tapi kita juga harus menaati peraturan yang diterapkan. Pemerintah, sebagai aparat Negara berhak digaji, namun kewajiban bertanggung jawab terhadap Negara juga harus dijalankan dengan benar. Rakyat tidak rugi membayar pajak karena dilindungi dan hak sebagai rakyat terpenuhi, pemerintah beruntung mendapat gaji yang berasal dari rakyat. Adil bukan? Dan karakter bertanggung jawab akan terbentuk dari sikap kita bertindak adil dan mendahulukan kewajiban daripada hak.

Dari kelima seila tersebut kita sudah lihat pentingnya Pancasila serta pengamalannya dalam pembentukan karakter seseorang adalah untuk membangun sebuah karakter yang berbudi pekerti, berakhlak terpuji, serta beriman. Diri kita akan menjadi sebuah pribadi yang sempurna, karena memiliki karakter tersebut.

Coba bayangkan apabila tidak ada Pancasila dan pengamalannya dalam hidup kita sehari-hari. Pasti kita akan menjadi orang yang berkarakter buruk, dan yang paling parah, aku tidak bisa membayangkan jadinya Negara ini dengan karakter yang tidak berbudi pekerti. Mengerikan, tidak ada sopan santun, dan pastinya kriminalitas akan semakin banyak.

Ya, beberapa waktu ini banyak terjadi kriminalitas, korupsi dan sebagaiya. Itu adalah efek dari pengamalan Pancasila yang kurang. Sekarang, bahkan banyak warga Indonesia yang tidak hafal Pancasila. Termasuk beberapa aparat Negara kita. Sungguh sangat menyedihkan.

Namun, karakter kita yang telah terbentuk sejak kecil, pastinya ada karakter-karakter kita yang tidak baik. Tidak ada kata susah, dan tidak ada kata terlambat. Kita tetap bisa mengubah karakter diri kita dengan terus mengamalkan Pancasila. Pasti kita bisa. Hidup Pancasila!!
CONTOH MAKALAH TENTANG SEKOLAH YANG BAIK